12 Juni 2009

ADAKAH ISI DAN KULIT DALAM AJARAN ISLAM?


Oleh
Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali




Islam adalah agama yang bagian-bagiannya saling melengkapi. Jalan Allah yang ikatan-ikatannya tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Kaum Muslimin tidak boleh mengikuti orang-orang Yahudi yang mengimani sebagian Al-kitab dan mengingkari sebagian lainnya.

Allah Ta’ala berfirman.

“Apakah kamu (Bani Israil) beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” [Al-Baqarah : 85]

Termasuk bid’ah yang merebak pada zaman ini, yaitu anggapan sebagian orang yang membagi Islam menjadi “kulit dan isi”, atau “kuliyat dan juz-iyyat”, atau “bentuk dan isi”, atau “ushul dan furu”, atau “bagian luar dan ruh”. Lalu mereka menyepelekan bagian agama yang dianggapnya sebagai kulit atau juz’iyyat, atau bentuk semata.

Memang sebagian ulama ada yang menggunakan istilah ushul (pokok) dan furu’ (cabang) dalam menjelaskan ajaran Islam, tetapi mereka tidak bermaksud meremehkan furu’, apalagi meninggalkannya. Tetapi istilah itu untuk menunjukkan nilai pentingnya. Karena semua bagian agama Islam ini penting, namun nilai pentingnya tidaklah satu derajat

Adapun orang-orang yang memiliki anggapan sebagaimana di atas, sebagian besar mereka kemudian tidak menaruh perhatian terhadap syi’ar-syi’ar yang lahiriyah, yang mereka anggap sebagai kulit. Bahkan menuduh orang yang berpegang dengannyan sebagai orang yang menyibukkan diri dengan perkara cabang, dan orang yang mendakwahkannya dianggap mengobarkan perselisihan dan perpecahan. Sehingga mereka mementahkan berbagai masalah yang dikaji secara ilmiah dengan anggapan, bahwa itu merupakan masalah cabang dan diperselisihkan oleh umat.

Anggapan ini tentu saja tidak diterima oleh agama yang mulia ini. Hal ini dapat ditinjau dari beberapa sisi.

Pertama : Ayat-Ayat al-Qur’An Dengan Tegas Dan Jelas Memerintahkan Agar Kaum Muslimin Berpegang Dengan Islam Secara Total.

Diantaranya Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan” [Al-Baqarah : 208]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata pada tafsir ayat ini : “Allah Ta’ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya, yang mempercayai Rasul-Nya, agar mereka memegangi seluruh ikatan-ikatan dan syari’at-syari’at Islam, dan mengamalkan seluruh perintah-perintahnya, dan meninggalkan seluruh larangan-larangannya semampu mereka”

Setelah Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar masuk ke dalam Islam secara total. Dia memperingatkan manusia agar tidak mengikuti langkah-langkah setan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya.

“Dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu” [Al-Baqarah : 208]

Ini menunjukkan bahwa hanya ada dua jalan saja, yaitu masuk ke dalam Islam secara total, atau mengikuti jalan-jalan setan yang memerintahkan untuk memisah-misahkan syari’at-syari’at Allah dan meremehkan sebagiannya.

Kedua : Hadits-Hadits Menunjukkan Bahwa Perkara-Perkara Yang Mereka Anggap Sebagai Cabang Atau Kulit Itu Memiliki Hubungan Yang Kuat Dengan Pahala Yang Besar, Kedudukan Yang Mulia, Dan Kenikmatan Abadi.

Di antaranya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Jika imam berkata “ghairil magh-zhubi ‘alaihim walazh-zhallin”, maka katakanlah “amin”, karena sesungguhnya barangsiapa perkataannya bertepatan perkataan para malaikat, diampuni dosanya yang telah lalu” [HR Bukhari no 782, Muslim no. 410, dari Abu Hurairah]

Demikian juga hadits-hadits menjelaskan bahwa perkara-perkara yang mereka anggap cabang itu merupakan tonggak kemuliaan dan tetapnya agama ini memperoleh kemenangan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Agama ini selalu nampak nyata (menang) selama orang-orang (Islam) menyegerakan berbuka, karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashara mengakhirkan (berbuka)” [HR Abu Dawud no. 2353, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak hanya mementingkan perkara-perkara besar, kemudian tersibukkan dari perkara-perkara yang mereka anggap perkara kecil.

“Dari Aisyah –semoga Allah meridhainya-, yaitu isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memberitakan bahwa beliau membeli bantal duduk yang padanya terdapat gambar-gambarnya (makhluk bernyawa, -pent). Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melihatnya, beliau berdiri di depan pintu, tidak masuk. ‘Aisyah melihat ketidaksukaan pada wajah Rasulullah. ‘Aisyah berkata : “Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dosa apakah yang telah aku lakukan?” Beliau bersabda : “Apa pentingnya bantal duduk ini?” Aisyah menjawab : “Aku membelinya agar Anda duduk padanya dan menggunakannya sebagai bantal” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya para pembuat gambar ini akan disiksa pada hari Kiamat. Dan akan dikatakan kepada mereka : ‘hidupkan apa yang telah ciptakan”, dan beliau bersabda : “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar (patung-patung) tidak akan dimasuki oleh para malaikat” [HR Bukhari no. 5957]

Ketiga : Fatwa-Fatwa Ulama Menjelaskan Tentang Kebatilan Pembagian Tersebut

Antara lain fatwa Syaikh ‘Izz bin Abdis Salam rahimahullah, beliau berkata : “Tidak boleh mengistilahkan syari’at dengan “kulit”, karena di dalam syari’at itu terdapat banyak manfaat dan kebaikan. Bagaimana perintah ketaatan dan keimanan merupakan “kulit”? Sesungguhnya ilmu yang disebut dengan “hakikat” adalah satu bagian dari ilmu syari’at. Dan tidak menggunakan istilah-istilah ini kecuali orang yang dungu, celaka dan kurang ajar. Seandainya dikatakan kepada salah seorang dari mereka : “Sesungguhnya perkataan syaikh (guru) mu itu “kulit”, pastilah dia mengingkarinya dengan keras. Namun dia menyebut “kulit” terhadap syari’at! Sedangkan syari’at itu hanyalah Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Maka orang jahil (bodoh) tersebut perlu dihukum dengan hukuman yang pantas dengan dosanya ini” [Fatawa Izz bin Abdis Salam, halaman 71-72]

Dengan ini semua jelaslah bahwa wajib memegangi Islam secara total, yakni mencakup kehidupan individu dan masyarakat. Syari’at Islam tidak meninggalkan perkara-perkara kecil, apalagi yang besar ; semua dijelaskan. Dengan demikian, Islam merupakan bangunan yang tinggi dan sempurna, dengan fondasi yang kuat dan kokoh.

Kemudian dari pembagian yang tidak benar ini, yaitu beranggapan agama itu terdiri dari kulit dan isi, sebagian tokoh-tokoh kelompok Islam, seperti Syaikh Hasan Al-Bana, membangun kaidah lemah yang membolehkan terjadinya perpecahan umat. Yaitu kaidah :

“Kita saling menolong dalam perkara yang kita sepakati, dan saling toleransi dalam perkara yang kita berselisih padanya”.

Kemudian kaidah ini menjadi ketetapan pasti yang dibacakan kepada para pengikutnya. Dengan kaidah ini, mereka menentang setiap dakwah yang mengajak untuk bersatu di atas kalimat yang haq dan menentang penjelasan menurut Sunnah Nabi, tentang sikap terhadap para ahli bid’ah yang mengikuti hawa nafsu.

Kaidah ini pertama kali dibuat oleh Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah, kemudian beliau memandangnya sebagai kaidah yang rusak, sehingga beliau berlepas diri darinya. Namun Syaikh Hasan Al-Bana mengambilnya dan mendengungkannya. Dan kaidah yang rusak ini juga digunakan oleh Ikhwanul Muslimin untuk melakukan pendekatan dengan Syi’ah Rafidhah!

Seandainya kaidah ini diterapkan, pasti ajaran Islam akan rontok satu persatu, karena :

1). Perselisihan antar umat Islam terjadi sampai dalam perkara aqidah dan prinsip-prinsip. Oleh karena inilah umat berpecah-belah menjadi banyak kelompok. Maka orang yang memberikan toleransi perselisihan seperti ini, berarti dia membenarkan apa yang dilarang oleh Allah.

2). Kaidah ini tidak memiliki landasan dari Al-Kitab, As-Sunnah, dan pemahaman Salafush Shalih. Bahkan manhaj Salaf bertentangan dengan kaidah rusak ini.

3). Seandainya kita praktekkan kaidah ini, pasti akan terbuka kerusakan yang sangat besar. Karena berarti kita memberikan toleransi kepada orang-orang yang menyerukan pemahaman wihdatul wujud [1], pemahaman Khawarij, nikah mut’ah, thawaf di kuburan, tawasul dengan orang-orang yang telah mati, mengingkari sifat-sifat Allah, pemahaman Jabariyah, dan kesesatan-kesesatan lainnya.

4). Hasil kaidah ini adalah kebalikan dari kemauan pembuatnya. Kemauan pembuatnya ialah untuk menghentikan perselisihan antar umat Islam. Namun kenyataan menunjukkan, bahwa kaidah ini menjadi sebab bertambahnya perselisihan dan perpecahan. Oleh karena itulah para ulama pada zaman ini memfatwakan batilnya kaidah ini, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Dr. Hamd ‘Utsman –haizhahullah- di dalam kitabnya, Zajrul Mutahawun bi Dharari Qaidah Al-Ma’dzirah wat Ta’awun, halaman 123-133.

Sesungguhnya kebaikan itu hanyalah dengan kembali kepada agama yang mulia ini dalam segala bidangnya sesuai dengan kemampuan. Wallahul Musta’an.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnote
[1]. Suatu pemahaman rusak yang dikafirkan oleh para ulama. Yaitu anggapan bahwa wujud hanyalah satu ; makhluk bersatu dengan sang Khaliq.

10 Mei 2009

MILAD HMI KOMFAK MIPA UII KE 3

Pada tanggal 4 Mei lalu HMI KomFak MIPA UII baru saja menggelar perayaan Milad HMI KomFak MIPA UII yang ke 3 dengan melakukan kegiatan sholat maghrib berjamaah, tadarusan dan doa bersama dengan para kader HmI komfak Mipa. Walaupun perayaannya dilaksanakan dengan sangat sederhana, namun perayaan ini mempunyai arti yang sangat penting bagi para pengurus dan kader-kadernya.
Acara yang dihadiri sekitar 13 kader dan pengurus ini mempunyai harapan bagaimana kemudian HMI Komfak Mipa bisa selalu eksis sampai kapanpun, dengan kata lain HMI Komfak Mipa UII yang notabene masih ”balita” ini mampu memberi kontribusi positif bagi para kader sendiri maupun bagi masyarakat dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan komisariat.
Ketika berbicara milad biasanya tidak jauh-jauh dari syukuran, begitu juga yang dilakukan temen-temen pengurus komfak mipa, setelah melukan doa bersama para penguruspun menyajikan tumpeng sebagai simbol dari perayaan acara tersebut. Dan pemotongan tumpeng secara simbolis dilakukan oleh salah satu pengurus yang diberikan kepada ketua umum (Bu Imamah), setelah itu baru temen-temen makan bersama dalam satu tumpeng sebagai wujud kesolidan temen-temen kader dan pengurus HMI KomFak MIPA UII.
”PERJUANGAN ADALAH PELAKSANAAN KATA-KATA”
SELAMAT ULANG TAHUN HMI KOMFAK MIPA UII yang ke 3...........

31 Maret 2009

Cinta MIPA

Cinta bagaikan sebuah fungsi
Yang melaju tak terbendung secara eksponensial
Ingin kukuadratkan secara sempurna
Menjadi grafik fungsi abadi

Cintaku takterdiferensialkan secara parsial apalagi secara implisit
Tetapi terintegralkan secara rasional tanpa selang tertentu
Ingin kuperiksa kekontinuan cinta ini
Apa daya...masih kutemukan asimtot tegak yang membelahnya

Hatiku terus bergejolak,terasa ganjil dan sulit kudeterminasikan
Analisis secara real pun tak banyak membantu
Alangkah kompleknya mencari titik kestabilan sistem cinta ini
Oh....hidupku menjadi takterdefinisi

Laju perubahan cintaku terhadap waktu sungguh cepat
Tetapi tak beraturan seperti kurva sinus yang bergejolak
Kalkulus pun menangis, hatinya menjerit menatapku
Karena merasa sosoknya tak berguna lagi di himpunan ini

Ingin rasanya kutransformasikan cinta ini
Dan mengkonversinya menjadi bilangan cinta
Sehingga kuperoleh titik singgung antara hatiku dengan hatinya
Dan menggapai kehidupan yang terdefinisi

Limit perbedaan antara kita tak menjadi kendala bagiku
Keyakinanku sudah mencapai titik maksimum
Mari kita substitusikan dua fungsi cinta ini
Menjadi satu persamaan fungsi cinta abadi

f(cinta1) + f(cinta2) =f(cinta abadi)

21 Maret 2009

MENGAPA MAHASISWA PERLU BERORGANISASI??

Perkembangan kehidupan yang di kelilingi oleh iklim globalisasi yang begitu mencengkeram kehidupan, secara otomatis merasuki dunia kemahasiswaan juga, bahwa mahasiswa yang berbasis kaum muda dengan sendirinya akan mengikuti gelora aktifitas kehidupan, iklim sosial yang di tandai dengan gemerlapnya dunia semakin memperkuat adanya budaya pop (pop culture).

Oleh karena itu, idealita yang di kembangkan HMI adalah idealita yang mengedepankan asas-asas keislaman, idealita keilmuan, mengedepankan dialektika progressif dan melakukan tindakan-tindakan rill dengan melihat fenomena sosial yang terjadi, bahwa ada orientasi yang terkadang melenceng dari real idealita mahasiswa. Orientasi pragmatisme akademis, orientasi oportunity terkadang membayangi dalam lingkup aktivitasnya. Pada saat ini ada momentum yang sebenarnya sangat tepat untuk megurai kembali sebuah idealita mahasiswa, karena di saat inilah regenerasi pergerakan terjadi, yaitu di saat mahasiswa baru masih menapaki ruang barunya dalam berdialektika dalam lingkup akademis, mereka masih beradaptasi dengan kampus barunya, perkenalan dengan sistem pembelajaran, dan yang lebih penting adalah elaborasi progressif terhadap nama yang di sandang, yaitu “mahasiswa”. Setidaknya momentum inilah yang menjadi perhatian serius oleh Lembaga Kemahasiswaan untuk membawa sebuah misi suci pergerakan dalam transformasi orientasi dan visi.
Wacana dan realita pasar yang berkembang adalah; akhir-akhir ini ada persepsi di masyarakat bahwa institusi perguruan tinggi yang menjadi tempat bernaung mahasiswa, mengalami delegitimasi akademis. Artinya, ada anggapan masyarakat, bahwa tidak selamanya orang yang lahir dari rahim institusi akademis tertinggi sekalipun (Perguruan Tinggi misalnya) akan membawa dampak pencerahan bagi masyarakat. Banyak lulusan Perguruan Tinggi, bahkan ternama sekalipun, akan tetapi tidak bisa berbuat banyak untuk memberikan kontribusi yang terbaik bagi masyarakat maupun bangsa. Lebih jelasnya, sarjana yang menjadi pengangguran tidak sedikit.

Yang berikutnya adalah realita di perguruan tinggi akan mahalnya biaya pendidikan. Realita pendidikan yang mencerminkan paradigma pasar tersebut ternyata sangat ampuh menghegemoni mahasiswa, maka bisa di proyeksikan menjadikan paradigma berfikir mayoritas mahasiswa adalah paradigma untung-rugi, bukan paradigma idealita-realita. Artinya meraka berfikir bahwa kuliah bayar mahal, maka luluspun harus menghasilkan. Menghasilkan di sini bukan berarti investasi ilmu yang berlebih, tapi yang lebih di utamakan adalah pekerjaan yang di dapat, atau investasi masa depan (orientasi pragmatis). Jadi paradigma idealita-realita, yang membincang tentang elaborasi tentang ilmu serta aplikasinya dalam kehidupan dengan budaya penelitian maupun aksi nyata, mayoritas lebih di nomor duakan. Sehingga yang di kejar adalah kuliah cepat, IP tinggi, dan cepat dapat pekerjaan, tanpa memikirkan gejolak sosial yang terjadi di masyarakat yang saharusnya menjadi tanggungjawab mahasiswa.

Kedua sebab di atas, langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pola aktifitas kemahasiswaan, karena wacana yang berkembang maupun realitas pasar di ranah akademik tersebut membuat mahasiswa mengalami phoby aktivitas. Ketakutan-ketakutan tersebut bisa saja datang dari orangtua mereka untuk secepatnya menyelesaikan kuliah, mengikuti aturan normative dan mengeliminir kegiatan-kegiatan ekstra kampus, maupun datang dari dosen sendiri dengan memberikan sisa waktunya hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Sehingga bisa di bayangkan bagaimana paradigma mahasiswa ketika “diperkosa” oleh dua sebab tadi. Bisa di pastikan, mereka akan konsentrasi di jalur akademik an sich, dan apatis terhadap realitas sosial yang sebenarnya memerlukan perhatian khusus mahasiswa untuk berperan aktif menjawabnya. Sudah menjadi kewajiban seharusnya, bahwa dalam ranah public, Mahasiswa memposisikan dirinya sebagai jelmaan dari masyarakat secara makro.

Dengan demikian sudah barang tentu bahwa mahasiswa include dalam peran social kemasyarakatan maupun control kebijakan terhadap pemerintah, bisa di fahami bahwa peran social di sini adalah upaya mahasiswa menyikapi persoalan yang muncul dalam masyarakat sendiri, yang sebenarnya kalau kita elaborasi adanya permasalahan dalam masyarakat maupun struktur masyarakat merupakan imbas dari adanya ketidakadilan pemerintah dalam mengambil kebijakan berkaitan dengan public sphere.

Ada berbagai alasan kenapa mahasiswa harus mengambil peran organic demikian, beberpa di antaranya adalah: pertama, tidak bisa di pungkiri bahwa mahasiswa merupakan bagian dari kalangan intelektual, yang setiap harinya bergelut dengan dunia akademis serta fikiran-fikirannya masih di selimuti oleh idealisme progresif, sehingga di harapkan mampu mengonstruk aras idealita sebuah kehidupan. Kedua, ada kemudahan untuk menyeragamkan visi, hal ini terkait dengan orientasi memilih perguruan tinggi sebagai pilihan aktifitasnya, artinya mahasiswa karena memilih kampus sebagai ladang aktifitas bisa di arahkan dalam hal orientasi akademiknya yang lebih aplikatif-transformatif yang tidak berakhir di meja kuliah saja, dengan demikian ada upaya holistic untuk melakukan mobilisasi horizontal dalam bidang massifikasi penguatan visi mahasiswa dalam upayanya mengawal kehidupan yang berkeadilan.

Ketiga, unggul dalam kuantifikasi massa, inilah keuggulan mahasiswa di banding komunitas masyarakat lain, kuantifikasi massa minimal dapat melakukan gebrakan untuk melakukan gerakan oposisional terhadap pemerintahan. Di dunia manapun, gerakan massa akan lebih bisa di dengar suaranya, karena persoalan massa adalah persoalan legitimatif yang secara representative dapat di jadikan acuan untuk membuat ultimate goal sebuah kebijakan untuk rakyat banyak.

HMI-MPO adalah organisasi mahasiswa yang independent dan menyikapi segala kebijakan birokrasi yang merugikan rakyat dalam berbagai bentuk dan merupakan saran pendidikan untuk menuju sebuah perjuangan yang berlandaskan tauhid yaitu keesaan Allah. Sehinga oleh karena itu menjadi sebuah alasan mahasiswa memerlukan organisasi baik itu organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. Sehingga mahasiswa perlu beroriented ip tingggi tanpa melupakan ummat dengan cara berorganisasi apapun melalui wadah organisasi yang berlandaskan keislaman dan independent tidak ada intervensi dari ormas tertentu ataupun parpol tertentu sesuai dengan visi misi HMI yaitu terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan Ulul Albab yang turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.

16 Maret 2009

Latihan Kader 1 (Basic Training)

Sudah sekitar dua minggu yang lalu tepatnya tanggal 26 Februari – 2 Maret 2009 HMI komisariat fakultas MIPA UII baru saja mengadakan rutinitas kegiatan besar berupa Latihan Kader 1 (Basic Training) yang dilaksanakan di Maguwoharjo tepatnya di Yayasan Menara Hikmah. Tempat tersebut merupakan tempat yang bisa dibilang paling sering digunakan untuk mengadakan Latihan Kader 1 yang dilaksanakan oleh komisariat yang ada dilingkungan UII, karena mungkin lokasinya yang lumayan stategis. Pada awalnya para panitia menyempatkan diri untuk membuka stand pendaftaran dikampus selama seminggu sebelum kegiatan berlangsung, namun pada realitanya mereka hanya buka selama dua hari, karena kesibukan akademik yang dimiliki dari masing-masing panitia, sehingga tidak ada yang jaga. Kegiatan yang panitianya hanya sekitar delapan orang, pada awalnya kurang yakin akan mendapatkan kader, karena buka stand pendaftaran hanya berlangsung dua hari dan pada waktu yang sama HMI DIPO komisariat Cordova juga akan mengadakan Latihan Kader 1, dan beberapa hari sebelumnya KAMMI UII pun baru saja mengadakan Daurah Marhalah. itulah yang membuat para panitia gelisah dan takut tidak akan mendapat kader. Walaupun demikian, ternyata kegelisahan yang dialami panitia rupanya mempunya kekuatan tersendiri, sehingga mempunyai gagasan baru dalam pencarian kader.
Latihan Kader 1 pada kesempatan ini mendapatkan 28 kader, diantaranya; 7 orang dari FIAI, 4 orang dari FK, 2 orang dari FH, 5 orang dari FE, 1 orang dari FTI, 1 orang dari FISIPOL UMY, dan dari MIPA sendiri 8 orang.”Transformasi Keilmuan dan Pemikiran Islam Menuju Kader yang Berintelektual Progresif” adalah tema yang diusung oleh para panitia, karena dengan tema tersebut harapannya para peserta yang mengikuti Latihan Kader 1 kali ini nantinya mampu menjadi kader yang berintelektual progresif, kader yang militan. Dengan kata lain, setelah mengikuti Latihan Kader 1 ini para peserta bisa lebih peduli dan tanggap dengan masalah-masalah sosial yang terjadi. Selain itu, para peserta juga diharapkan setelah mengikuti LK1 ini bisa aktif di komisariatnya masing-masing. Karena dikomisariat temen-temen bisa menggali potensi diri. Tanpa kita sadari bahwa ada empat potensi pada diri manusia yang dibawa sejak lahir, yaitu potensi jasmani, potensi intelektual, potensi emosional, dan potensi sosial. Keempat potensi ini hanya dapat dimanfaatkan secara maksimal bila dikembangkan dan difasilitasi lingkungan yang mendukung dan kondusif. Di komisariatlah dan dengan kultur komisariat masing-masing fakultas potensi itu bisa dikembangkan. Walaupun tidak maksimal, paling tidak bisa mencoba berproses terlebih dahulu, berproses untuk menjadi para intelektual progresif. Hendaknya kalian ingat kata-kata Pramoedya Ananta Toer yang selayaknya menjadi pegangan untuk bersikap: Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan duniaku bumi manusia dengan persoalannya! (Pramoedya: Bumi Manusia).
Buat temen-temen: Peserta LK1 FMIPA UII; “SELAMAT BERGABUNG DI KELUARGA BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM - MAJELIS PENYELAMAT ORGANISASI”

Latihan Kader 1 (Basic Training)

Sudah sekitar dua minggu yang lalu tepatnya tanggal 26 Februari – 2 Maret 2009 HMI komisariat fakultas MIPA UII baru saja mengadakan rutinitas kegiatan besar berupa Latihan Kader 1 (Basic Training) yang dilaksanakan di Maguwoharjo tepatnya di Yayasan Menara Hikmah. Tempat tersebut merupakan tempat yang bisa dibilang paling sering digunakan untuk mengadakan Latihan Kader 1 yang dilaksanakan oleh komisariat yang ada dilingkungan UII, karena mungkin lokasinya yang lumayan stategis. Pada awalnya para panitia menyempatkan diri untuk membuka stand pendaftaran dikampus selama seminggu sebelum kegiatan berlangsung, namun pada realitanya mereka hanya buka selama dua hari, karena kesibukan akademik yang dimiliki dari masing-masing panitia, sehingga tidak ada yang jaga. Kegiatan yang panitianya hanya sekitar delapan orang, pada awalnya kurang yakin akan mendapatkan kader, karena buka stand pendaftaran hanya berlangsung dua hari dan pada waktu yang sama HMI DIPO komisariat Cordova juga akan mengadakan Latihan Kader 1, dan beberapa hari sebelumnya KAMMI UII pun baru saja mengadakan Daurah Marhalah. itulah yang membuat para panitia gelisah dan takut tidak akan mendapat kader. Walaupun demikian, ternyata kegelisahan yang dialami panitia rupanya mempunya kekuatan tersendiri, sehingga mempunyai gagasan baru dalam pencarian kader.
Latihan Kader 1 pada kesempatan ini mendapatkan 28 kader, diantaranya; 7 orang dari FIAI, 4 orang dari FK, 2 orang dari FH, 5 orang dari FE, 1 orang dari FTI, 1 orang dari FISIPOL UMY, dan dari MIPA sendiri 8 orang.”Transformasi Keilmuan dan Pemikiran Islam Menuju Kader yang Berintelektual Progresif” adalah tema yang diusung oleh para panitia, karena dengan tema tersebut harapannya para peserta yang mengikuti Latihan Kader 1 kali ini nantinya mampu menjadi kader yang berintelektual progresif, kader yang militan. Dengan kata lain, setelah mengikuti Latihan Kader 1 ini para peserta bisa lebih peduli dan tanggap dengan masalah-masalah sosial yang terjadi. Selain itu, para peserta juga diharapkan setelah mengikuti LK1 ini bisa aktif di komisariatnya masing-masing. Karena dikomisariat temen-temen bisa menggali potensi diri. Tanpa kita sadari bahwa ada empat potensi pada diri manusia yang dibawa sejak lahir, yaitu potensi jasmani, potensi intelektual, potensi emosional, dan potensi sosial. Keempat potensi ini hanya dapat dimanfaatkan secara maksimal bila dikembangkan dan difasilitasi lingkungan yang mendukung dan kondusif. Di komisariatlah dan dengan kultur komisariat masing-masing fakultas potensi itu bisa dikembangkan. Walaupun tidak maksimal, paling tidak bisa mencoba berproses terlebih dahulu, berproses untuk menjadi para intelektual progresif. Hendaknya kalian ingat kata-kata Pramoedya Ananta Toer yang selayaknya menjadi pegangan untuk bersikap: Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan duniaku bumi manusia dengan persoalannya! (Pramoedya: Bumi Manusia).
Buat temen-temen: Peserta LK1 FMIPA UII; “SELAMAT BERGABUNG DI KELUARGA BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM - MAJELIS PENYELAMAT ORGANISASI”

Latihan Kader 1 (Basic Training)

Sudah sekitar dua minggu yang lalu tepatnya tanggal 26 Februari – 2 Maret 2009 HMI komisariat fakultas MIPA UII baru saja mengadakan rutinitas kegiatan besar berupa Latihan Kader 1 (Basic Training) yang dilaksanakan di Maguwoharjo tepatnya di Yayasan Menara Hikmah. Tempat tersebut merupakan tempat yang bisa dibilang paling sering digunakan untuk mengadakan Latihan Kader 1 yang dilaksanakan oleh komisariat yang ada dilingkungan UII, karena mungkin lokasinya yang lumayan stategis. Pada awalnya para panitia menyempatkan diri untuk membuka stand pendaftaran dikampus selama seminggu sebelum kegiatan berlangsung, namun pada realitanya mereka hanya buka selama dua hari, karena kesibukan akademik yang dimiliki dari masing-masing panitia, sehingga tidak ada yang jaga. Kegiatan yang panitianya hanya sekitar delapan orang, pada awalnya kurang yakin akan mendapatkan kader, karena buka stand pendaftaran hanya berlangsung dua hari dan pada waktu yang sama HMI DIPO komisariat Cordova juga akan mengadakan Latihan Kader 1, dan beberapa hari sebelumnya KAMMI UII pun baru saja mengadakan Daurah Marhalah. itulah yang membuat para panitia gelisah dan takut tidak akan mendapat kader. Walaupun demikian, ternyata kegelisahan yang dialami panitia rupanya mempunya kekuatan tersendiri, sehingga mempunyai gagasan baru dalam pencarian kader.
Latihan Kader 1 pada kesempatan ini mendapatkan 28 kader, diantaranya; 7 orang dari FIAI, 4 orang dari FK, 2 orang dari FH, 5 orang dari FE, 1 orang dari FTI, 1 orang dari FISIPOL UMY, dan dari MIPA sendiri 8 orang.”Transformasi Keilmuan dan Pemikiran Islam Menuju Kader yang Berintelektual Progresif” adalah tema yang diusung oleh para panitia, karena dengan tema tersebut harapannya para peserta yang mengikuti Latihan Kader 1 kali ini nantinya mampu menjadi kader yang berintelektual progresif, kader yang militan. Dengan kata lain, setelah mengikuti Latihan Kader 1 ini para peserta bisa lebih peduli dan tanggap dengan masalah-masalah sosial yang terjadi. Selain itu, para peserta juga diharapkan setelah mengikuti LK1 ini bisa aktif di komisariatnya masing-masing. Karena dikomisariat temen-temen bisa menggali potensi diri. Tanpa kita sadari bahwa ada empat potensi pada diri manusia yang dibawa sejak lahir, yaitu potensi jasmani, potensi intelektual, potensi emosional, dan potensi sosial. Keempat potensi ini hanya dapat dimanfaatkan secara maksimal bila dikembangkan dan difasilitasi lingkungan yang mendukung dan kondusif. Di komisariatlah dan dengan kultur komisariat masing-masing fakultas potensi itu bisa dikembangkan. Walaupun tidak maksimal, paling tidak bisa mencoba berproses terlebih dahulu, berproses untuk menjadi para intelektual progresif. Hendaknya kalian ingat kata-kata Pramoedya Ananta Toer yang selayaknya menjadi pegangan untuk bersikap: Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan duniaku bumi manusia dengan persoalannya! (Pramoedya: Bumi Manusia).
Buat temen-temen: Peserta “SELAMAT BERGABUNG DI KELUARGA BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM - MAJELIS PENYELAMAT ORGANISASI”

01 Januari 2009

STRUKTUR PENGURUS HMI KOMFAK MIPA PERIODE 1429-1430H/2008-2009M

KETUA UMUM: IMELDA ADITYA ANASTASIA
SEKRETARIS UMUM: IRWAN GALIH DWIBOWO
BENDAHARA UMUM: DWI FEBRI MELIANTIKA

KABID INTERNAL: NUR RISMAWATI
KABID EKSTERNAL: ASMAUL HUSNA ARY

STAFF INTERNAL:
ZUHRUFI
MITA HAYUNINGTYAS

STAFF EKSTERNAL:
AUDIKA